Harapan besar yang berawal kecil, cakrawala
membatasi ruas-ruas yang terukir jelas di dahimu. Beranjak dari tempatmu lalu
membesarkanku seusai semua terlihat jelas lewat kerutan di dahimu. Air yang
renta mewarisi sumpah serapah, menyairkan lantunan saat kesucian yang tak
terbungkus kain.
Di hadapanmu aku bersujud, di hadapanmu aku
menyembah & di hadapanmu aku berdo’a.
& Dalam sajak penuh makna, dengan kutipan “maaf” kami berdo’a.
“biarkan
jari-jemari ini menulis semua tentang indahnya kerut diwajahmu, biarkan
jari-jemari ini melukiskan indahnya setiap pagi saat kalian mencium kening
kami, biarkan jari-jemari ini mencintai kalian melalui sujud mati kami, &
biarkan jari-jemari ini membasuh & memandikan kalian sesaat sebelum kalian
kami baluri dengan kain putih nan suci, lalu izinkan kami mencium kening kalian
melalui do’a yang kami haturkan sebelum kalian kami benamkan dengan tanah merah
ke dalam liang lahat”
Innalillahi
wainna ilaihi rooji’un…
Laa
ilaahaillallahu…
Di hadapanmu aku bersujud, di hadapanmu aku
menyembah & di hadapanmu aku berdo’a.
& Dalam sajak penuh makna, dengan kutipan “maaf” kami rindu & kami kenang
kalian (hanya) melalui DO’A.
*Ayah-ibu,
dariku-untukmu
No comments:
Post a Comment